Jumat, 18 Mei 2012

Lebah Madu Potensi Hasil Hutan Menjanjikan





Ketapang. Selain sebagai konsumsi untuk kesehatan, madu juga menyimpan potensi ekonomis. Sayangnya saat ini kuantitas madu alam semakin hari terus berkurang. Dinas Kehutanan (Dishut) Ketapang mengambil inisiatif membantu masyarakat dengan penangkaran lebah madu.
Dengan adanya penangkaran lebah madu itu, diharapkan produksi madu akan terus bertambah dan ekonomi masyarakat meningkat. Terlebih hutan di Ketapang masih cukup luas.
Sebagai langkah awal, Dishut menggelar pelatihan lebah madu di aula Dishut Ketapang, Sabtu (12/3) lalu. Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Hutan, Ir Adi Mulia, mengaku pelatihan tersebut baru pertama kali digelar.
"Ini sebenarnya kegiatan 2010, tapi kita laksanakan 2011. Kemarin anggarannya sudah siap, tapi lebah yang ada di penangkaran itu masih dalam proses beternak dan pengambilan madunya. Selain itu cuaca sedang ekstrem," kata Adi Mulia.
Sebanyak 30 peserta perwakilan dari 20 kecamatan hadir dalam pelatihan tersebut. Dikatakan, rencananya Dishut akan memberdayakan hutan kota sebagai penangkaran lebah madu.
Adi mengatakan, lebah alam saat ini sudah banyak berkurang karena penebangan pohon. Akibatnya, produksi lebah alam asli Kalimantan Barat dirasa sangat kurang.
"Dinas Kehutanan berupaya bagaimana produktivitas madu yang ada di Kalbar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal dan jika memungkinkan masyarakat luar. Sekaligus mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat," ujarnya.
Ia menjelaskan, jika madu ini sudah menjadi mata pencarian dari masyarakat, diharapkan perekonomian masyarakat berkembang. Masyarakat tidak hanya terfokus pada hasil hutan berupa kayu.
Dikatakannya, peternakan lebah tidak akan memakan biaya besar. "Lebah madu ini biaya investasinya lebih rendah ketimbang usaha kolam ikan. Biaya produksinya kecil, karena lebah mencari makan di alam, sehingga cost untuk pakan lebah akan lebih kecil. Kalau kolam ikan kita harus, menyediakan ikannya, kolamnya dan pakannya. Jadi kecenderungan penyediaan hingga perawatannya cukup tinggi," bebernya.
Ia mengaku baru mengetahui ternyata madu ada berbagai rasa, manis maupun asam. Sedangkan jenis lebah madu yang bakal dibudidayakan adalah Apis mellifera yang didatangkan dari Pusat Apiari Kwarnas di Cibubur.
"Pakan madu adalah sari-sari bunga. Makanya ada madu yang rasanya manis, ada yang asam. Saya sendiri pertama tidak tahu madu itu ada beberapa jenis. Tenyata rasa madu itu tergantung yang dikonsumsi lebah. Mungkin nanti ada madu rasa sawit," tuturnya.
Koordinator penyuluh kehutanan, Pitriyadi, MSi, yang juga pemateri dalam pelatihan tersebut menegaskan, penangkaran lebah sangat berpotensi di Ketapang. Soalnya luas hutan Ketapang, sama dengan luas Provinsi Jawa Tengah atau 21 persen dari luas Kalbar.
Senada dengan Adi Mulia, Pitriyadi juga mengatakan penangkaran lebah dapat dilakukan dengan modal yang minim. "Kita berharap anggota DPRD dapat mengalokasikan dana untuk membantu masyarakat beternak lebah. Bayangkan saja Rp10 miliar untuk pembuatan kolam ikan dari dana aspirasi. Tapi kalau untuk lebah, dananya dapat ditekan di bawah itu," ujar Pitriyadi. (KiA/*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar