Minggu, 19 Mei 2013

MEMAKNAI HARI KEBANGKITAN NASIONAL



Pramuka sebagai wadah membentuk karakter bangsa

SETIAP TANGGAL  20 MEI  SETIAP TAHUNNYA  ANAK BANGSA NEGERI TERCINTA INI, MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL. SEJAK DI DEKLARASIKANNYA BOEDI OETOMO TANGGAL 20 MEI 1908 HINGGA 20 MEI 2013, TAK TERASA 105 TAHUN MASA KEBANGKITAN NASIONAL TERSEBUT.

KILAS BALIK SEJARAH BANGSA INDONESIA YANG SELAMA RATUSAN TAHUN TERKUNGKUNG DALAM PENJAJAHAN BELANDA, MENJADI ANOMALI DENGAN LAHIRNYA GERAKAN-GERAKAN PEMUDA PELAJAR YANG MEMPUNYAI KESAMAAN VISI MISI UNTUK MEMPERJUANGKAN MASYARAKAT BANGSA DAN NEGARANYA. BEBERAPA PEMUDA ANAK PRIYAYI BANGSAWAN JAWA BERSEPAKAT UNTUK MEMBENTUK SEBUAH ORGANISASI YANG BERNAMA BOEDI OETOMO.
Kreatifitas anak bangsa dalam mengisi kemerdekaan

Budi Utomo (ejaan Soewandi: Boedi Oetomo) adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.

Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Namun, para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua" yang harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang akan menggerakkan organisasi itu.
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan "priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman

BUDI UTOMO, terus mengalami kemunduran dalam jumlah anggota serta pengaruhnya di masyarakat. Hal ini disebabkan karena Budi Utomo dianggap hanya mengakomodir kalangan priyayi jawa dan orang-orang kaya.  Sehingga dengan  munculnya organisasi lain seperti SARAKET ISLAM  yang lebih merakyat dan berpihak kepada masyarakat, maka lebih di dukung dan mendapat tempat tersendiri dalam perjuangan rakyat.
DALAM MASA SEKARANG, KEBANGKITAN NASIONAL HARUS DIMAKNAI LEBIH LUAS. BUKAN SAJA PERINGATAN ATAU SEREMONIAL BELAKA, NAMUN LEBIH PADA BAGAIMANA MENGISI PEMBANGUNAN BANGSA INI.,

KEMISKINAN, KEBODOHAN, KETIDAKADILAN, PENINDASAN SERTA PEMERINTAH YANG TIDAK MEMIHAK MASYARAKAT SECARA MENYELURUH MERUPAKAN SEBUAH BENTUK KOLONIALISME BARU. 
Diperlukan aparatur pemerintah yang jujur, berkualitas dan penuh dedikasi

DIPERLUKAN KERJASAMA DAN DUKUNGAN SEMUA PIHAK UNTUK LEBIH MENJADIKAN MASYARAKAT DAN BANGSA INI MENJADI TUAN DI NEGERINYA SENDIRI. BUKAN MENJADI OBJEK PENJAJAHAN DENGAN TOPENG BERBEDA YANG BERLABEL PEMERINTAH ATAU PENGUSAHA. 
Semangat, kekompakan dan kerjasama kunci keberhasilan
PENDIDIKAN YANG TIDAK MERATA, HARGA YANG MELAMBUNG TINGGI, TINGKAT PENGANGGURAN YANG BESAR, PRUSTASI NASIONAL TERHADAP PENYELENGGARA NEGARA YANG SEMAKIN BOBROK, SERTA BANYAK MASALAH SOSIAL LAINNYA, HARUS SEGERA DICARIKAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA. TIDAK HANYA DIPERLUKAN REVOLUSI DALAM SEGALA ASPEK KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DI TANAH AIR INI, NAMUN JUGA SUDAH SAATNYA KITA HARUS BANGKIT, BANGKIT DAN BANGKIT UNTUK MELAWAN SEGALA BENTUK KETIDAKADILAN DITANAH AIR INI.
Pemimpin yang sederhana, amanah dan profesional untuk membangun bangsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar