Sabtu, 25 Mei 2013

TRADISI MERAYAKAN KELULUSAN SEKOLAH




Dalam beberapa dekade terakhir ini, setiap pengumuman kelulusan sekolah yang mengharubirukan siswa-siswi yang mengikutinya, pasti ditandai dengan sukacita yang berlebihan atau dukacita yang mendalam. Disamping, munculnya masalah sosial lainnya serta bertambahnya tugas aparat kepolisian.

Mungkin telah ribuan kali,  media massa dan media eletronik mengulas perilaku sosial anak-anak sekolah pasca pengumuman kelulusan. Bagi yang lulus, rasa sukacita dan bahagia diluapkan dengan berbagai ekspresi. Ada yang berteriak-teriak disepanjang lorong-lorong kelas, berpelukan antar sesama teman, menyalami guru satu persatu serta ada yang melakukan sujud syukur. Sebagai tanda kecintaan kepada Allah SWT. 


Ekpresi anak sekolah yang demikian, bagi sebagian pelajar yang “merasa” tajir, mantap, heboh, gaul berani, pembangkang, dianggap kurang ekspresif dan “gaya Gue”.

Dengan dikomando atau tidak, tanpa pembentukan panitia kecil atau perlunya OC – SC, kumpulan pelajar yang  lulus ujian nasional tersebut, “menyukuri” kelulusan mereka dengan mengoyak, menyobek baju, mengecat baju, aksi semprot dengan cat semprot serta tindakan heboh lainnya. 

Selanjutnya dengan kendaraan roda dua, mereka berkonvoi keliling sekolah-sekolah mengajak siswa lain untuk menjadi “penguasa” jalanan. Tidak mengherankan, suara knalpot yang sengaja di “dol” kan nyaring memekakan telingga para pengendara lainnya. Aksi ini, kadang diwarnai, buka baju beberapa orang pelajar yang berdiri di belakang motor rekannya, sambil memutar-mutar baju sekolahnya. Di beberapa ruas jalan, aksi pelajar ini membuat macet   bahkan beberapa kasus kecelakaan jalan raya disebabkan konvoi para pelajar yang sedang berbahagia ini.



Beberapa pelajar putri dan putra bahkan ada yang mengadakan pesta narkoba untuk merayakan kelulusan mereka. Tindakan krimininal juga banyak dilakukan pelajar seperti ini, untuk minum-minuman keras dan pesta obat-obatan berbahaya.














pendidikan karakter melalui pramuka
APA YANG SALAH

Banyak pengamat pendidikan dan pengamat sosial melihat bahwa ada yang kurang beres dalam proses pendidikan di tanah air ini. Proses belajar yang selama ini hanya mengejar angka, nilai, pujian, predikat terbaik dan sebagainya, dirasakan kurang menjawab tuntutan moril psikologis pelajar yang notabene masih mencari jati dirinya. Belum lagi komersilisasi pendidikan, semakin menjauhkan nilai-nilai budaya dan pancasila dalam membangun karakter bangsa.

Beberapa aksi positif siswa dalam merayakan kelulusan sekolahnya seperti membasuh kaki orang tuanya, melakukan aksi donor darah, bakti sosial serta kegiatan kreatif lainnya, tentu saja, harus diintervensi oleh pihak lain. Dalam hal ini, orang  tua, sekolah serta organisasi di sekolahnya masing-masing mendorong untuk menyalurkan ekspresi anak-anak/siswa  mereka dengan kegiatan positif.   
Pramuka mengajarkan kemandirian, kerjasama dll


Sebaliknya, aksi atau tindakan pelajar yang menurut pandangan masyarakat terlalu ekspresif bahkan negatif, tidak bisa dijustifikasi dan dilabel dengan status berandalan, begajulan, sinting, norak dan cap miris lainnya. Tidak semua, pelajar yang melakukan aksi tersebut anak nakal, mungkin saja, sebagian hanya ikut-ikutan, tanpa tau mesti melakukan apa. Alasan solidaritas juga kadang menjelma sebagai aksi pembenaran karena kadang-kadang ada juga siswa pintar dan ‘alim” yang ikut dalam aksi tersebut.

Kedepan, tentu saja peranserta dan kontribusi semua pihak dalam memformat pola pendidikan yang lebih ramah anak, komfetitif, akomodatif, tanpa mengabaikan nilai moral bangsa dan negara ini menjadi sesuatu yang urgen adanya.
Pramuka Penggalang MTs N Ketapang

Pendidikan karakter, melalui Gerakan Pramuka, menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan anak-anak, remaja, pemuda bangsa ini. Dengan ditetapkannya kepramukaan sebagai salah satu ekstra kurikuler wajib bagi SD/MI dan SMP/MTs, diharapkan kenakalan remaja, tindak kriminal, tawuran, narkoba, seks bebas pelajar, remaja putus sekolah, akan dapat diminimalisir. Dengan sistem Among diejawantahkan melalui prinsip ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYA MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI, akan tercipta bunga-bunga bangsa, SIAGA, PENGGALANG, PENEGAK, PANDEGA, yang MERAMU, MERAKIT, MENERAPkan melalui Bantara-bantara, laksana-laksana yang memandegani, Pembinaan, masyarakat dan pembangunan bangsa.

Diperlukan Pelatih Pembina Pramuka yang berkualitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar