Dalam beberapa dekade terakhir ini, setiap pengumuman
kelulusan sekolah yang mengharubirukan siswa-siswi yang mengikutinya, pasti
ditandai dengan sukacita yang berlebihan atau dukacita yang mendalam.
Disamping, munculnya masalah sosial lainnya serta bertambahnya tugas aparat
kepolisian.
Mungkin telah ribuan kali, media massa dan media eletronik mengulas
perilaku sosial anak-anak sekolah pasca pengumuman kelulusan. Bagi yang lulus,
rasa sukacita dan bahagia diluapkan dengan berbagai ekspresi. Ada yang
berteriak-teriak disepanjang lorong-lorong kelas, berpelukan antar sesama
teman, menyalami guru satu persatu serta ada yang melakukan sujud syukur. Sebagai
tanda kecintaan kepada Allah SWT.
Ekpresi anak sekolah yang demikian, bagi sebagian pelajar yang
“merasa” tajir, mantap, heboh, gaul berani, pembangkang, dianggap kurang ekspresif
dan “gaya Gue”.
Dengan dikomando atau tidak, tanpa pembentukan panitia kecil
atau perlunya OC – SC, kumpulan pelajar yang
lulus ujian nasional tersebut, “menyukuri” kelulusan mereka dengan
mengoyak, menyobek baju, mengecat baju, aksi semprot dengan cat semprot serta
tindakan heboh lainnya.
Selanjutnya dengan kendaraan roda dua, mereka berkonvoi
keliling sekolah-sekolah mengajak siswa lain untuk menjadi “penguasa” jalanan.
Tidak mengherankan, suara knalpot yang sengaja di “dol” kan nyaring memekakan
telingga para pengendara lainnya. Aksi ini, kadang diwarnai, buka baju beberapa
orang pelajar yang berdiri di belakang motor rekannya, sambil memutar-mutar
baju sekolahnya. Di beberapa ruas jalan, aksi pelajar ini membuat macet bahkan
beberapa kasus kecelakaan jalan raya disebabkan konvoi para pelajar yang sedang
berbahagia ini.
Beberapa pelajar putri dan putra bahkan ada yang mengadakan
pesta narkoba untuk merayakan kelulusan mereka. Tindakan krimininal juga banyak
dilakukan pelajar seperti ini, untuk minum-minuman keras dan pesta obat-obatan
berbahaya.
pendidikan karakter melalui pramuka |
APA YANG SALAH
Banyak pengamat pendidikan dan pengamat sosial melihat bahwa
ada yang kurang beres dalam proses pendidikan di tanah air ini. Proses belajar
yang selama ini hanya mengejar angka, nilai, pujian, predikat terbaik dan
sebagainya, dirasakan kurang menjawab tuntutan moril psikologis pelajar yang
notabene masih mencari jati dirinya. Belum lagi komersilisasi pendidikan,
semakin menjauhkan nilai-nilai budaya dan pancasila dalam membangun karakter
bangsa.
Beberapa aksi positif siswa dalam merayakan kelulusan
sekolahnya seperti membasuh kaki orang tuanya, melakukan aksi donor darah,
bakti sosial serta kegiatan kreatif lainnya, tentu saja, harus diintervensi
oleh pihak lain. Dalam hal ini, orang
tua, sekolah serta organisasi di sekolahnya masing-masing mendorong
untuk menyalurkan ekspresi anak-anak/siswa mereka dengan kegiatan positif.
Pramuka mengajarkan kemandirian, kerjasama dll |
Sebaliknya, aksi atau tindakan pelajar yang menurut pandangan
masyarakat terlalu ekspresif bahkan negatif, tidak bisa dijustifikasi dan
dilabel dengan status berandalan, begajulan, sinting, norak dan cap miris
lainnya. Tidak semua, pelajar yang melakukan aksi tersebut anak nakal, mungkin
saja, sebagian hanya ikut-ikutan, tanpa tau mesti melakukan apa. Alasan solidaritas
juga kadang menjelma sebagai aksi pembenaran karena kadang-kadang ada juga
siswa pintar dan ‘alim” yang ikut dalam aksi tersebut.
Kedepan, tentu saja peranserta dan kontribusi semua pihak
dalam memformat pola pendidikan yang lebih ramah anak, komfetitif, akomodatif,
tanpa mengabaikan nilai moral bangsa dan negara ini menjadi sesuatu yang urgen
adanya.
Pramuka Penggalang MTs N Ketapang |
Pendidikan karakter, melalui Gerakan Pramuka, menjadi salah
satu alternatif dalam mengatasi permasalahan anak-anak, remaja, pemuda bangsa
ini. Dengan ditetapkannya kepramukaan sebagai salah satu ekstra kurikuler wajib
bagi SD/MI dan SMP/MTs, diharapkan kenakalan remaja, tindak kriminal, tawuran,
narkoba, seks bebas pelajar, remaja putus sekolah, akan dapat diminimalisir. Dengan
sistem Among diejawantahkan melalui prinsip ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYA
MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI, akan tercipta bunga-bunga bangsa, SIAGA,
PENGGALANG, PENEGAK, PANDEGA, yang MERAMU, MERAKIT, MENERAPkan melalui Bantara-bantara,
laksana-laksana yang memandegani, Pembinaan, masyarakat dan pembangunan bangsa.